makalah


BAB I

PENDAHULUAN


 Latar Belakang Masalah

 Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
 Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya,hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukanberbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. DiBali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, danusadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional Demikian pula relief ceritaMahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seoranganak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya,juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang meracik obat (Anonymous,2009).Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuantradisional tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya1 masyarakat di pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-obatan tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kitamenjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagaiminuman sehat dan menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar meratadi seluruh penjuru tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadibagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita. Keragaman obat-obatan tradisional di tanah air, telah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dankesehatan bangsa kita. Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat didunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri.Belum semua jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Kita hanyaberkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan semua jenis tumbuhan it.Semua itu pasti ada manfaatnya.                                                                           Oleh karena itu, perlu dilakukankonservasi sumber daya alam, agar jangan ada jenis tanaman yang punah.Kebakaran hutan bukan saja memusnahkan satwa dan fauna, tetapi jugamenimbulkan polusi dan meningkatkan suhu pemanasan global. Jamu dan obattradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal. Produksi jamudan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh homeindustry. Hanyasebagian kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi secara masalmelalui industri jamu dan obat tradisional di pabrik-pabrik. Untuk meningkatkankualitas, mutu, dan produk jamu serta obat-obatan yang dihasilkan olehmasyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak yang terkait. Kerjasama itudimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan dapat bersaing, baik di pasar regional maupun global. Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan, akan merugikan konsumen. Disamping itu, secara ekonomi, beredarnya obat-obatan seperti itu justru akanmerusak citra obat tradisional. Citra yang rusak akhirnya akan memukul produksidan pemasaran obat-obatan tradisional, di dalam maupun di luar negeri.Pemerintah, terus berupaya melakukan pengawasan demi meningkatkan keamanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal ini dilakukan agar masyarakatterlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamudan obat-obatan tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapatditerima dalam pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa paradokter dan apoteker, hingga saat ini masih belum dapat menerima jamu sebagaiobat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya,pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer seperti padaobat moderen. Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakatuntuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, jamu danobat-obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihanpengobatan. Jamu dan obat-obatan tradisional harus didorong pula untuk menjadikomoditi unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi meningkatkanpertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan itu juga memberikan peluangkesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan (Anonymous, 2010).Obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun tanaman obat) masihbanyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawahdalam upaya pencegahan penyakit
(preventif),
penyembuhan
(kuratif)
, pemulihan
penerapan pengobatan tradisional (sentral P3T). saat ini sudah terbentuk 12sentral P3T di 12 propinsi, satu diantaranya di DKI Jakarta yang berkedudukan diRSU. Dr. Cipto Mangunkusumo. Hari kesehatan nasional tanggal 12 November 1998 yang lalu pun bertemakan “kembali ke alam, manfaatkan obat asliIndonesia”. (Dalimartha, S. 1999).Sebagai gambaran, nilai jual obat tradisional pada tahun 1992 diduniamencapai US $ 8 milyar , US $ 45 milyar pada tahun 2001 , dan dierkirakan akanterus meningkat menjadi US $ 5 triliun pada tahun 2005 . secara nasionalpermintaan obat tradisional cukup besar dan terus meningkat. industri obattradisional indonesia dari tahun ketahun terus meningkat. Peningkatan jumlahindustri obat tradisional tersebut signifikan dengan eningkatan total nilai jualproduk obat asli indonesia didalam negeri , yang mana 95,5 milyar ruiah padatahun 1991 meningkat hingga mencapai nilai 600 milyar pada tahun 1999 .Survey perilaku konsumen daam negeri menunjukkan 61,3% respondenmempunyai kebiasaan meminum obat tradisional (Anonymous, 2009).Melalui resolusi 1977 WHO menyatakan bahwa pelayanan kesehatanmasyarakat tidak dapat merata tanpa mengikutsertakan pengobatan tradisional .


Pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisionalnya mempunyai latar belakang sosial bdaya masyarakat dan dapat digolongkan sebaga teknologi tepatguna karena bahan-bahan yang dipakai terdapat disekitar masyarakat itu sendiri ,sehingga mudah didapat, murah dan mudah menggunakannya tanpa memerlukanperalatan yang mahal untuk mempersiapkannya (Agoes,A, 1996).5 Dalam penelitiannya Muchtaruddin menemukan bahwa pemakai jamulebih banyak wanita 54,6% berumur antara 24-25tahun, mempunyai pendidikanSD, bekerja sebagai petani atau nelayan. Sedangkan Moeryati Sudibyomenemukan bahwa ditapos 70,8% ibu menggunakan obat tradisional untuk pengobatan dan 29,9% untuk tujuan suportif untuk kesehatan tubuh dan sesudahmelahirkan. Dengan uji statistik pengetahuan ibu merupakan faktor utama yangmempungaruhi penggunaan obat tradisional , disusul oleh ketersediaan dankepercayaan (Agoes,A, 1999).Atas dasar uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentanggambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat tradisional bagi ibunifas di BPS Hj. Kamsinar Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti ingin mengetahuibagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obattradisional bagi ibu nifas di BPS Hj. Kamsinar.


C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan UmumUntuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhipenggunaan obat tradisional bagi ibu nifas6
2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhipenggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segipengetahuan.b. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhipenggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segikepercayaan.c. Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhipenggunaan obat tradisional bagi ibu nifas ditinjau dari segipenghasilan.

D. KEASLIAN PENELITIAN
Sebelumnya Supardi (1997) pernah melakukan penelitian dengan judulPola Pengobatan Sendiri Menggunakan Obat, Obat Tradisional dan CaraTradisional serta Pengobatan Rawat Jalan Memanfaatkan Pengobatan TradisionalDi Lampung Selatan.


E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat untuk instansi/BPSSebagai bahan masukan bagi pemberi pelayanan kebidanan yang berada diBPS untuk dapat memberikan informasi yang benar tentang obattradisional bagi ibu nifas. melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadapketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial (Agoes, A, 1996).2. Perkembangan Obat Tradisional Di MasyarakatRamuan/Obat tradisional banyak di manfaatkan secara turun-temurun untuk pengobatan sendiri atau kalangan masyarakat dalam ruanglingkup terbatas. Ramuan itu dikemas secara sederhana dalam bentuk cair,rajangan, tapel, pilis dan parem. Pemanfaatannya untuk tujuan memeliharakesehatan dan menjaga kebugaran jasmani serta untuk pengobatanpenyakit yang diderita sendiri ataupun orang lain sebagai penganti ataupendamping pada pengunaan obat modern (Mursito, B, 2002).Menurut Redaksi Agromedia (2003) kecendrungan meningkatnyapenggunaan obat tradisional didasari pada beberapa alasan sebagai berikut:
a harga obat-obatanbuatan pabrik saat ini sudah semakin mahal,sehingga masyarakat mulai menerima alternative pengobatan yangmurah dan mudah didapatkan tetapi tidak kalah manjurnya denganobat-obat buatan pabrik.b Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil,bahkan beberapa jenis tanaman tertentu tidak menunjukan efek samping sama sekali.c Kandungan unsur kimia yang terkandung dalam obat tradisionalsebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern.
Soesilo,S (1996) mengatakan bahwa alasan pemakaian obattradisional karena manjur dan cocok, sudah merupakan kebiasaankeluarga, mudah didapat, murah dan lebih yakin akan khasiatnya.









B. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian Masa NifasMasa Nifas (puerperium)
adalah masa pulih kembali, mulai daripersalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam 3 priode, yaitu :                                                                                                                                                          Puerperium Dini, Puerperium Intermedial dan r emote Puerperium(Mochtar, R,1998)Masa Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 harimerupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan padakeadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting pada Puerperium,yaitu Involusi Uterus dan proses laktasi (Manuaba, 1998).Masa Puerperim atau masa nifas dimulai setelah partus selesai danberakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi, seluruh alat genetalia barupulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan(Winkjosastro,2003).2. Tujuan Perawatan Masa NifasDalma masa nifas ibu memerlukan perawatan dan pengawasan.Perawatan masa nifas ini termasuk perawatan kebidanan, karena artikebidanan secara luas tidak hanya terbatas pada masa hamil dan bersalin11

tetapi juga masa sesudah bersalin sampai uterus dan ovarium kembaliseperti semula, siap mengadakan kehamilan lagi, yang berarti proseskebidanan akan seperti semuala kembali.Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah untuk memulihkan kesehatan umum ibu, untuk mendapatkan kesehatan emosi,untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi, untuk memperlancar pembentukan Asi, dan Ibu dapat melaksanakan perawatan sampai masanifas selesai serta dapat memelihara bayinya dengan baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayinya normal. Tujuan-tujuan tersebutakhirnya menuju kepada satu tujuan penting yaitu agar ibu dan anak sehat,sehingga memperoleh keluarga yang sejahtera (Christina,1993).Menurut Winkjosastro, (2002) tujuan perawatan masa nifas yaitumenjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologik,mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi padaibu maupun bayinya. Memberi pendidikan kesehatan tentang perawatankesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayidan perawatan bayi sehat.3. Perawatan Masa NifasPerawatan masa nifas yang dilakukan dalam bentuk pengawasanadalah sebagai berikut: Rawat Gabung, Pemeriksaan Umum tentangkesadaran penderita dan keluhan yang terjadi setelah persalinan,pemeriksaan khusus (vital sign, fundus Uteri, Payudara, lochea dan lukajahitan), pemulangan ibu dan pengawasan lanjutan. Nasehat yang perlu

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahuiatau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.(Notoatmodjo, 2003).Pengetahuan tentang obat tradisional merupakan Ilmu kuno yangdiperoleh dari warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Ilmu kuno yangbermanfaat ini diketahui secara luas oleh masyarakat. Tidak dapat dipastikan sejak ramuan tradisional digunakan untuk pengobatan namundari informasi yang berkembang pengobatan tradisional telah dilakukansejak zaman nenek moyang dan diwariskan secara turun temurun kepadaanak cucunya. Artinya, pengetahuan mengenai ramuan tradisionalditerimanya dari angkatan sebelumnya dan dipergunakan begitu sajasesuai dengan pengalaman atau anjuran angkatan sebelumnya (RedaksiAgromedia, 2003).2. KepercayaanKepercayaan adalah anggapan (keyakinan), sesuatu yangdipercayai (dianggap benar), harapan dan keyakinan (Poerwadarminta,2005).Percaya adalah yakin atau mengakui kebenaran atas pengakuanseseorang (Novia, 2001)Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa dirinya bolehmengendalikan kehidupannya dengan baik serta segala cobaan yangdihadapi dengan jayanya (Suhaimin, 2006).18

Kepercayaan seringkali dikaitkan dengan keyakinan yang artinyaadalah suatu keadaan psikologis pada seseorang yang menganggap sesuatu(Wikipedia, 2006).Kepercayaan yang luar biasa terhadap keampuhan tanaman obatterkadang menjadi sesuatu kekuatan besar pendorong bagi kesembuhanpenyakit tertentu. Secara umum, penyakit-penyakit yang
relative
mudahdiatasi dan terbukti keberhasilannya secara emperis adalah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kulit, perut, atau masalah pencernaan,sakit kepala, luka dan kelahiran anak. Sementara tingkat kelahiran yang masih tinggi dibeberapa pedesaan dan tingkat kepercayaan terhadap dukunyang dapat digunakan untuk ibu-ibu sebelum maupun sesudah melahirkan(Hidayat, S, 2005).Efek samping negatif yang terkandung dalam obat tradisionalsangat kecil jika dibandingkan dengan obat-obatan moderen lainnya.Alasannya bahan baku pembuatannya berasal dari alam berbeda denganobat moderen yang berasal dari hasil sintetik kimiawi. Selama mengikutitakaran yang dianjurkan, proses pembuatan yang higenis dan carapenyimpanan yang baik maka efek samping obat tradisional dapatdiperkecil (Redaksi Agromedia, 2003).3. PenghasilanPenghasilan adalah pendapatan yang diperoleh (yang diterima) darihasil kerja atau hasil usaha (DEPDIKBUD, 1999).19

Tingkat perekonomian adalah tingkat perolehan uang yangditerima oleh orang tua selama 1 bulan yang berasal dari berbagai sumber dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ditanggung. Untuk ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam, kriteria pendapatan dibagi atas dua bagianyaitu kota dan desa. Untuk kota yang dikatagorikan pendapatan rendahadalah kurang dari Rp. 885.000,- pendapatan sedang sebesar Rp. 885.000,-sampai dengan Rp. 1.603.000,- dan pendapatan tinggi adalah lebih dariRp. 1.603.000,-. Untuk desa yang dikatagorikan pendapatan rendah adalahkurang dari Rp. 500.000,- pendapatan sedang sebesar Rp. 500.000,-sampai dengan Rp. 900.000,- dan pendapatan tinggi adalah lebih dari Rp.900.000,- (BPS, 2004).Penghasilan seseorang atau keluarga memberi suatu dampak kearah yang lebih baik atau ke arah yang lebih buruk. Dimana kurangnyapendapatan akan menghambat aktifitas baik yang bersifat materialistismaupun non materialistis seperti tingkat pendidikan. Besar pendapatanseseorang atau keluarga mempunya hubungan erat dalam pemenuhanhidup keluarga, menurut data BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam2009, tinggi bila pendapatan perbulan ≥ Rp. 1.500.000,- rendah bilapendapatan perbulan < Rp. 1.500.000,- (UMP NAD, 2009).Menurut Redaksi Agromedia (2003) obat tradisional masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah.Dengan tingkat harga yang tinggi terhadap obat modern maka penggunaan 
1)   Ibu Nifas dengan usia 0 – 6 minggu post partum2) Bersalin di BPS Hj. Kamsinar 3) Bertempat tinggal di desa Lam Ateuk 4) Bersedia jadi Responden







D. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsungdiperoleh dari lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisipertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden kecuali bila ada Respondenyang buta aksara dilakukan wawancara dan kemudian data tersebutdikumpulkan untuk rencana pengolahan dan analisa data dan data sekunder diperoleh dari BPS HJ. Kamsinar Aceh Besar Tahun 2010.

E. Instrumen Penelitian
Sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini, peneliti menggunakanlembar kuesioner yang terbagi dalam 2 bagian yaitu:a. Bagian A merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti denganmengacu pada kerangka konsep yang mengukur pada tingkat penggunaanobat tradisional bagi ibu nifas yang terdiri dari 1 (satu) pertanyaan. Bilaresponden menjawab benar maka diberi nila 1 (satu), bila respondenmenjawab salah maka diberi nilai 0 (nol).b. Bagian B merupakan kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh penelitidengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tngkatpengetahuan responden tentang penggunaan obat tradisional yang sudahdisusun terdiri dari 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar maka25

akan diberi nilai 1 (satu), dan bila responden menjawab salah diberi nilai 0(nol).c. Bagian C merupakan kuesioner juga dikembangkan sendiri oleh penelitidengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tingkatkepercayaan responden terhadap penggunaan obat tradisional, yang terdiriatas 1 (satu) pertanyaan bila renponden menjawab benar maka diberi nilai1 (satu), bila responden menjawab salah maka diberi nilai 0 (nol).d. Bagian D juga merupakan kuesioner yang juga dikembangkan olehpeneliti dengan mengacu pada kerangka konsep yang mengukur tingkatpenghasilan responden terhadap penggunaan obat tradisional bagi ibu nifasyang terdiri dari 2 (dua) pertanyaan bila responden menjawab benar makadiberi nilai 1 (satu), dan bila responden menjawab salah maka diberi nilai0 (nol).

F. Pengelolaan Data dan Analisa Data
1. Pengelolaan DataSetelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara sebagai berikut:a. Editing, yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisiankuesioner yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yangdiberikan oleh responden.b. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut mcamnya denganmemberikan kode tertentu.26

c. Trasfering, yaitu menyusun total nilai dari sub-sub variabel penelitianuntuk keseluruhan responden.d. Tabulating, yaitu mengelompokkan responden berdasarkan katagoriyang telah dibuat untuk tiap-tiap sub variabel yang diukur danselanjunya di masukkan kedalam tabel frekuensi. 2. Analisa Data1. Analisa UnivariatAnalisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa dataunivariat. Analisa yang digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti baik variabeldependent maupun variabel independent.Data yang diperoleh diolah secara manual dan dianalisis secaradeskriptif untuk menghitung setiap variabel dengan rumus rata-rata sampel: Keterangan := Rata-rata sampelx = Nilai tiap sampeln = Jumlah sampel= Total nilai (Budiarto, 2002).27

Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisisdalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:Keterangan :P = Persentasef = Frekuensin = Jumlah responden yang menjadi sampel (Budiarto, 2002).